Prabu Siliwangi
Prabu Siliwangi adalah seorang Muslim. Ia diislamlkan oleh Syekh Hasanuddin atau lebih dikenal dengan sebutan Syaikh Quro (seorang ulama besar yang lahir sebelum era Wali Sembilan, yang berperan penting dalam Islamisasi di Jawa Barat) saat hendak menikahi Nyi Subang Larang. Subang Larang tak lain sebagai santri di pesantren yang dipimpin Syaikh Quro di Karawang, Dalam naskah kuno diceritakan bahwa Prabu Siliwangi adalah seorang Muslim, bersumberkan Buku Carita Purwaka Caruban Nagari, yang ditulis Pangeran Arya Cirebon (1720), Prabu Siliwangi masuk Islam saat hendak menikahi Subang Larang.
Meluruskan mitos atau opini yang berkembang di masyarakat secara turun temurun, bahwa Prabu Siliwangi penganut Hindu. Prabu Siliwangi adalah seorang Muslim dan Pajajaran bukanlah kerajaan Hindu, melainkan kerajaan yang secara turun temurun mewariskan nilai Sunda Wiwitan atau Jati Sunda. Massifnya islamisasi Tatar Sunda tak lain berkat dukungan penuh Prabu Siliwangi, yang membebaskan putra putrinya untuk belajar Islam, melakukan dakwah ke seluruh pelosok “Tatar Sunda” atau bahkan mendirikan kesultanan baru yang mandiri dari Pajajaran sebagai “keraton”. Berkat kuatnya pengaruh gerakan islamisasi yang dilakukan dinasti Siliwangi di Jawa Barat, kini mayoritas masyarakat setempat menjadi penganut Islam yang taat. Nyaris sulit menemukan adanya orang Jawa Barat menganut agama selain Islam, sehingga muncullah istilah “Islam Sunda” dan “Sunda Islam.” Bentuk akulturasi antara Islam dengan budaya lokal (Sunda). Islam dan budaya Sunda perlu selaras dan berdampingan dalam upaya membimbing dan mencerahkan kehidupan masyarakat Tatar Sunda dalam bingkai kebangsaan.
Prabu Siliwangi merupakan nama gelar, karena masyarakat Jawa Barat pada umumnya sungkan untuk langsung menyebut nama sang tokoh. Prabu Siliwangi kecil bernama “Pangeran Pamanah Rasa”, yang lahir di Keraton Surawises Kawali, Kabupaten Ciamis, sekitar tahun 1411 dan wafat pada akhir Desember 1521 di Pakuan (Kota Bogor sekarang). Ia bertahta sebagai Raja Sunda Galuh (Pakuan Pajajaran) selama 39 tahun, yaitu mulai tahun 1482 hingga 1521, berkedudukan di Pakuan
Prabu Siliwangi tercatat sebagai raja yang adil dan bijaksana. Masa kepemimpinannya, dikenal sebagai era keemasan Pajajaran. Rakyat Pajajaran hidup kamkmur, damai dan sejahtera. Wilayah Pajajaran membentang dari pegunungan Dieng di Wonosobo, Jawa Tengah, seluruh Jawa Barat, Selat Sunda hingga sebagian Lampung.
Dari aspek ekonomi, simbol utama kebesaran Pajajaran
terletak di Pelabuhan Niaga Sunda Kalapa (Jakarta sekarang), yang
merupakan pusat perniagaan terbesar dan tersibuk di seluruh Nusantara
saat itu. Sunda Kalapa menjadi lalu lintas perdagangan dan jalur migrasi
bangsa-bangsa asing ke Pulau Jawa. Selain itu, Pajajaran juga memiliki
pelabuhan-pelabuhan lain di pantura Jawa Barat, yaitu Banten, muara
Cisadane, Karawang, muara Cimanuk, dan Cirebon.
Menurut catatan
Tom Pires, seorang penjelajah asal Portugis, yang bersama empat buah
kapal dagang Portugis singgah di Pajajaran tahun 1513, Kerajaan Sunda
Pajajaran adalah negeri para ksatria dan pahlawan laut, sehingga para
pelautnya telah mampu berlayar ke berbagai negara mancanegara hingga ke
Kepulauan Maladewa di Srilanka.
Dalam catatan Tom Pires, Prabu
Siliwangi, para pemangku dan warga Pajajaran adalah orang-orang yang
jujur, ramah, dan sopan. “.... The Kingdom of Sunda is Justtly
Governed...” Prabu Siliwangi adalah seorang maharaja Sunda yang adil dan
bijaksana dalam memerintah segenap rakyat kerajaannya.
wAllohu-a'lam
wAllohu-a'lam
Belum ada tanggapan untuk "Prabu Siliwangi"
Posting Komentar
Komenlah sesuai tema, tidak berbau pornografi, promosi serta link aktif, maaf link aktif akan kami hapus